Liquid pandora: pertanyaan tentang harapan

“masih bolehkah aku berharap padamu?”

Kata-kata di atas adalah sebuah pertanyaan dari seseorang kepada saya kemarin siang. Tiba-tiba saja saya teringat pertanyaan itu setelah tadi membaca sebuah surat dari seseorang juga. Well..isinya sama. Jika pertanyaan sebelumnya ditanyakan via phone dan saya menjawab anteng, “tidak ada yang salah dengan berharap, siapapun boleh berharap pada siapapun atas apapun. aku tidak melarangmu, hanya saja aku bukanlah Tuhan yang mampu mengabulkan permintaan atas harapanmu”…maka pada surat yang ditujukan pada saya via email itu, sampai saat ini belum saya tanggapi, sebab tanpa dia tanya pun dia telah tahu jawaban apa yang pantas untuknya, lebih-lebih jika dia membuka tulisan ini.

Bebicara tentang harapan, siapapun bisa memiliki harapan pada siapapun atas apapun. Tapi, pernahkah anda tahu bahwa manusia tidak bisa digantungi harapan apalagi untuk memelihara kata-katanya sendiri. Manusia tidak memiliki waktunya untuk mengingat tiap kata-katanya dan tidak punya upaya untuk mewujudkan tiap harapan yang digantungkan kepadanya oleh siapapun, bahkan oleh dirinya sendiri. Sebab, manusia adalah makhluk. Dan sejauh pengetahuan saya, yang membuat harapan bisa terwujud adalah disebut dengan TUHAN. Dan keyakinan untuk bisa mewujudkan harapan itu muncul adalah disebut dengan IMAN. Nah, jika seseorang menggantungkan harapan pada saya, maka dapat dikatakan ia mempercayai saya dan dapat dikatakan ia iman kepada saya, dan tahukah anda??? Pengimanan semacam itu disebut dengan bid’ah! Dan bid’ah adalah salah satu unsur dosa yang layak dijauhi oleh umat manusia. Tindakan mengada-ngada yang kompulsif karena diiringi dengan obsesi yang manipulatif. Thats not good for your life kids, especially untuk akhiratmu.

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan.” [Al-Ankabut : 7]

Pengkultusan [disebut juga kurafat-pen] dalam bid’ah itu bisa mendekati pada penyembahan yang diskalakan sebagai tindakan menyembah berhala. Harap dicatat bahwa berhala bukan saja patung atau hewan yang diakui memiliki kuasa semacam Tuhan, tapi, harapan terhadap seseorang yang melebihi dari seharusnya, hingga melampui batasan kepercayaan terhadap sesama manusia dan menggantungkan harapan melebihi harapan pada Tuhan, sama dengan pem-berhala-an. Dan, siapapun yang mendapati diri berada di dalamnya sebaiknya menjauhkan diri atau menghentikan potensi itu. Thats not good!!

Dalam Al-Ankabut telah dijelaskan bahwa hanya Allah yang memberikan rizki pada manusia, maka mintalah padaNya sebab selainNya tiada memiliki kemampuan untuk memberikan rizki. Harapan bisa dikategorikan segabai rizki, maka, selain Ilah, tak ada yang mampu memberikannya.

Dan ketahuilah, saya bukan tipe orang yang ingin terlibat dalam hal semacam diatas, maka dari itu, siapapun, jangan gantungkan harapan pada saya. I’m not God, I’m just a litlle childreen who always learning from her false…

Jauhi saya jika anda merasakan pengharapan yang begitu tinggi pada saya melampui pengharapan anda pada Tuhan. Sebab, Saya tidak ingin menjadi salah satu sebab yang membuat anda berlama-lama dalam nar dan juga tak ingin terseret bersama anda atau siapapu ke dalam nar hanya karena tanpa sengaja saya menjadi pihak yang semacam itu. Plis, jangan mengira diri saya bersih, saya juga manusia dan punya dosa sendiri, sungguh saya tak sanggup memikul dosa anda sedangkan saya sendiri kepayahan menghitung dosa saya yang sejibun itu..

“Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman: “Ikutilah jalan kami, dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu”, dan mereka (sendiri) sedikit pun tidak (sanggup), memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta. Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.” [Al-Ankabut : 12-13]


Memang pada awalnya tindakan pengharapan bisa menjadi biasa saja, tapi siapa yang akan tahu itu adalah bumerang bagi diri sendiri dan juga mungkin bagi saya kelak. Saya tidak ingin menanggung kesalahan orang lain untuk saya pertanggung jawabkan di pengadilan HARI AKHIR nanti. So…matikan harapanmu dari sekarang jika itu bukan Lillahi ta’ala…